Kumpulan Tips Bloger

Thursday, October 19, 2017

Tradisi Bau Nyale Di Pantai Seger

SEJARAH BAU NYALE
Konon pada zaman dahulu kala di Kabupaten Lombok Tengah kawasan selatan Kecamatan Pujut alias di kurang lebih pantai selatan berdiri suatu kerajaan yg makmur, aman dan sentosa bernama Tunjung Bitu yg dipimpin oleh seorang raja yg sangat adil, arif dan bijak bernama Raja Tonjang Beru dan permaisurinya bernama Dewi Seranting. Mereka mempunyai seorang putri yg cantik jelita, cerdas, sopan, ramah dan bijak bernama Putri Mandalika. Seluruh rakyatnya sangat sayang terhadap Putri Mandalika, sebab disamping kecantikannya, tutur bahasanya juga sangat lembut dan sopan terhadap seluruh rakyatnya.
Kecantikan dan perangai sang putri raja Putri Mandalika ini tersohor dari ujung timur hingga ujung barat Pulau Lombok bahkan tersohor hingga ke negeri seberang. Kecantikan dan perangai sang Putri Mandalika ini terdengar oleh para pangeran-pangeran yg ada di beberapa Kerajaan diantaranya Kerajaan Johor, Lipur, Pane, Kuripan dan Kerajaan Beru. Tidak heran apabila seusai menonton kecantikan dan keanggunannya sang Putri Mandalika jadi seluruh pangeran jatuh cinta dan ingin mempersunting Putri Mandalika.

Satu persatu para pangeran-pangeran dari masing-masing kerajaan tersebut datang untuk menikahi Putri Mandalika, tapi anehnya semua lamaran tersebut diterima oleh sang Putri Mandalika. Para pangeran tak mendapatkan keputusan itu sebab tak ingin apabila sang Putri Mandalika wajib diperistri oleh seluruh pangeran. Pada akhirnya seluruh pangeran yg datang menikahi Putri Mandalika ketika itu mengambil kesepakatan untuk memperlawankan keberuntungan melewati peperangan. Siapa yg menang dalam peperangan itu jadi dialah yg berhak untuk memperistri sang Putri Mandalika.


Mendengar kabar mengenai akan terjadinya peperangan itu jadi Sang Raja Tonjang Beru segera memanggil putrinya Putri Mandalika untuk menuturkan persoalan tersebut. Sang Raja menyalahkan Sang Putri yg telah mendapatkan semua lamaran Pangeran tersebut. Putri Mandalika minta ijin terhadap Ayahandanya untuk menyelesaikan persoalan ini, dan Sang Raja akhirnya mengijinkan dan mengabulkan permintaan putrinya untuk menyelesaikan persoalan tersebut dengan caranya sendiri.

Setelah berpikir sehari semalam, akhirnya sang Putri Mandalika menemukan jalan keluarnya yg paling baik untuk menyelesaikan persoalan ini. Jika Putri Mandalika wajib memilih salah satu dari Pangeran tersebut sebagai suaminya, absolut pangeran yg lainnya akan merasa iri. Hal ini absolut akan memunculkan pertumpahan darah alias peperangan diantara pangeran tersebut. Namun niatnya ia batalkan seusai memikirkan resikonya itu. Hingga pada akhirnya Putri Mandalika bertekad mengambil keputusan untuk mengorbankan jiwa dan raganya. Putri Mandalika telah siap untuk merelakan jiwa dan raganya demi menghindari terjadinya pertumpahan darah yg akan memakan korban lebih tak sedikit lagi.
Sebelum melakukan niatnya itu, Putri Mandalika melakukan semedi terlebih dahulu dan dalam semedinya itu ia mendapat inspirasi alias petunjuk supaya mengajak semua Pangeran dalam suatu pertemuan di Pantai Seger Desa Kuta Lombok Tengah pada tanggal 20 bulan kesepeluh menurut penanggalan Sasak. Mereka wajib datang sebelum matahari memancarkan sinarnya di ufuk timur, dan mereka juga wajib hadir dengan disertai oleh rakyatnya masing-masing.

Ketika hari yg ditentukan telah tiba, seluruh undangan dan ribuan rakyatnya berbondong-bondong berdatangan ke Pantai Seger Kuta, bahkan ada yg datang dua hari sebelum hari yg telah ditentukan oleh Putri Mandalika. Pantai Seger Kuta ketika itu penuh sesak dipadati oleh rakyatnya bagai semut yg mengerumuni gula. Mereka semua berkumpul dengan hati tabah menanti Putri Mandalika dan untuk mampu menyaksikan bagaimana tutorial sang Putri Mandalika yg cantik jelita itu menentukan pilihannya.

Seperti janji yg telah diucapkan sang Putri Mandalika, akhirnya sebelum adzan Subuh berkumandang, sang Putri Mandalika yg cantik jelita itupun hadir diantara para undangan dengan gaun yg sangat rupawan terbuat dari kain sutera diatas usungan yg berlapiskan emas dengan pengawalan ketat dari prajurit kerjaan yg berlangsung di segi kiri, kanan dan di belakang usungan sang Putri Mandalika. Semua undangan yg hadir ketika itu hanya mampu terpaku membisu dan terpukau menonton kecantikan sang Putri Mandalika yg tiada tandingannya.

Setelah turun dari usungannya, Putri Mandalika melangkah dan berhenti di suatu onggokan batu karang dan membelakangi laut lepas. Di sini Putri Mandalika berdiri dan memandang ke seluruh undangan dan rakyatnya yg hadir pada ketika itu. Hingga pada khirnya Putri Mandalika berkata pendek dan mengumumkan
keputusunnya itu dengan bunyi lantang dan berseru "Wahai Ayahanda dan Ibunda tercinta dan semua Pangeran dan rakyat negeri Tonjang Beru yg aku cintai. Aku memutuskan bahwa diriku untuk anda semua. Aku tak mampu memilih satu diantara Pangeran. Diriku telah ditakdirkan untuk menjadi Nyale yg mampu anda nikmati bersama pada tanggal dan bulan ketika munculnya Nyale di permukaan laut."

Mendengar keputusan yg diberikan Putri Mandalika tersebut, Ayahanda dan Ibunda tercintanya dan seluruh undangan yg hadir tersentak kaget. Para Pangeran bimbang dan seluruh rakyatnya yg sangat sayang kepadanya juga bimbang dan bertanya-tanya memikirkan kata-kata Putri Mandalika itu. Tanpa diduga-duga Putri Mandalika mencampakkan sesuatu di atas batu dan pribadi menceburkan diri ke dalam laut dan pribadi di telan oleh gelombang. Seketika itu juga angin bertiup kencang, kilat dan petir menggelegar, seakan mengiringi kepergian sang Putri Mandalika yg cantik jelita itu. Suasana pantai menjadi kacau dan terdengar bunyi teriakaan dimana-mana.

Sesaat kemudian suasana telah mulai tenang, seluruh undangan dan seluruh rakyatnya turun ke laut untuk mencari Putri Mandalika di tempat ia menceburkan dia tadi. Setelah sekian lama mereka mencari, tetapi tak ada tanda-tanda Putri Mandalika di tempat itu.

Putri Mandalika menghilang tanpa meninggalkan jejak sedikitpun. Pada ketika mereka semua kebingungan jadi tiba-tiba bermunculan ke permukaan laut binatang kecil yg berbentuk cacing yg sangat tak sedikit jumlahnya dengan warna yg sangat indah, hijau, kuning, hitam dan coklat. Binatang itulah yg dipercaya sebagai Nyale jelmaan dari Putri Mandalika. Sesuai dengan pesan yg telah disampaikan Putri Mandalika, jadi merekapun akhirnya beramai-ramai dan berlomba-lomba untuk meringkus Nyale sebanyak-banyaknya sebagai tanda cinta kasih mereka terhadap sang Putri Mandalika.

Sejak ketika itu, setiap tanggal 20 bulan kesepuluh kalender Sasak alias antara bulan Februari dan Maret, di Pantai Seger Kuta diadakan Upacara Adat Bau Nyale. Acara ini telah menjadi tradisi turun temurun yg mempunyai kualitas sakral yg sangat tinggi di kalangan suku Sasak di Pulau Lombok hingga ketika ini.
Previous Post
Next Post

post written by:

0 comments: